RaweRawe Rantas, Malang-Malang Putung! (1947) oleh Soekarno Seluruh Nusantara Berjiwa Republik → Dimuat dalam buku Dibawah Bendera Revolusi Paduka Tuan Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat ! Saudara-saudara ! Saya mengucapkan terima Dansiapa yang memenuhi ajakan anggota tubuhnya, maka hilang syurga dari dirinya. Dan siapa yang memenuhi ajakan Allah S.W.T., maka hilang dari dirinya semua kejahatan dan ia memperolehi semua kebaikan. Iblis adalah musuh manusia, sementara manusia adalah sasaran iblis. Oleh itu, manusia hendaklah senantiasa waspada sebab iblis senantiasa HAMIDKADES TAMPANG MUDA TANGGAMUS, “RAWE RAWE RANTAS MALANG MALANG PUTUNG !” Dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang disalurkan langsung ke desa terus meningkat yakni Rp.20,67 triliun pada 2015, Rp.46,98 triliun pada 2016, serta masing-masing Rp .60 triliun pada 2017 dan 2018. “Insha allah saya Falsafahitu dalam catatan sejarah sempat populer di Surabaya, ketika pada tanggal 10 November 1945 daerah dengan julukan Kota Pahlawan itu diserbu tentara Inggris yang diboncengi NICA, dan Bung Tomo menggelorakan semangat Arek-arek Soroboyo untuk berperang walau kalah dalam segala hal, melalui semangat "rawe-rawe rantas malang-malang putung". Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd. Individu Jawa identik dengan sikap rendah lever maupun andhap asor. Akan tetapi, bukan berarti sosok Jawa tidak memiliki kewiraan untuk melakukan suatu tindakan n domestik kebenaran. Para kakek moyang Jawa telah memberikan semangat lakukan seseorang maupun umum privat mencapai tujuan tertentu. Kerumahtanggaan mencapai pamrih yang raksasa, seperti upaya membebaskan rakyat dari penindasan kaum penjajah, mengentaskan rakyat dari kemiskinan dan penindasan, dan sejenisnya, mereka menasihatkan ungkapan heroik yang berbunyi rawe-rawe kutung malang-malang putung. Secara bahasa artinya, semua yang merintangi akan diberantas, dan semua yang menghalangi akan ditebas. kata majemuk ini sangat efektif dalam menyemangati kaum pejuang ketika berjuang mencapai Indonesia merdeka atau ketika suku bangsa pejuang berusaha mempertahankan kemerdekaan negara Indonesia. Spirit juang yang dijiwai olehrawe-rawe teriris malang-malang putung tersebut ialah kronologi terakhir jika pihak kebalikan tidak dapat diajak kompromi. Sebab, pada dasarnya, khalayak Jawa cenderung memilih menguasai persoalan secara perundingan dan mufakat. Jika tidak dicapai kata sepakat ataupun mufakat, mereka menghadapinya dengan semangat juang yang membara, yang rela mengorbankan nasib dan raganya. Hamba allah Jawa sipu jika dinilai umpama pengecut. Sebaliknya, ia akan merasa terhormat seandainya dikatakan perumpamaan orang yang memiliki watak wani nggetih kesatria bersimbah darah, maksudnya nyali bertanggung jawab terhadap suatu permasalahan biarpun berat akibat yang harus dipikulnya. ] Semua itu dilakukan dengan tetap mengasaskan pada nilai-nilai validitas dan keadilan, bukan bahaduri yang ceroboh dan membabi buta. Keberanian membara nan tak didasarkan lega angka-nilai kebenaran dan keadilan apalagi menjorokkan seseorang pada tindakan gegabah dan konyol yang dinilai negatif, yang maka dari itu orang Jawa disebut perumpamaan tindakan grusa-grusu tergesa-gesa, belum dipikirkan untung dan ruginya. Ungkapanrawe-rawe rantas malang-malang putung sangat efektif untuk menunda seseorang nan mau takhlik cita-cita hidupnya. Momen mempunyai cita-cita atau kemauan yang lampau terdepan, seseorang sudah seharusnya memiliki usia juang yang tinggi dan konsisten. pendek kaji, ia harus dapat mengatasi segala apa hambatan, tantangan, cobaan, dan segala hambatan nan membancang atau menghadang pencapaian cita-citanya. Dalam pikirannya, seseorang harus memfokus dan memacu cita-cita ketimbang keefektifan nan lain. Sira harus rani menyurutkan apa rintangan dan cobaan yang dihadapinya. orang jawa memercayai bahwa intern mengaras cita-cita pasti terserah cobaan, baik yang datang dari diri koteng alias turunan tak. Dan, semua cita-cita itu harus mampu kita atasi demi pamrih akhir mencapai cita-cita sukma tersebut. Puas umumnya, ungkapanrawe-rawe rantas malang-malang putung muncul dan menjadi semboyan kerumahtanggaan mencapai cita-cita yang berorientasi pada kekuatan mahajana atau orang banyak. Cak bagi mengaduh publik demi kebulatan tekad bersama untuk mencapai tujuan bersama, orang mengaryakan semboyan tersebut. Misalnya, internal memberantas kejahatan, ketidakadilan, pertentangan berbunga pihak luar terhadap daerahnya, harus dilakukan dengan hati yang lestari lain gentar menghadapi gangguan. Semua harus bisa diatasi demi cita-cita bersama. Ungkapan tersebut sangat populer plong saat bangsa menghadapi bisikan, baik alai-belai mulai sejak luar seperti menghadapi kolonialis Belanda dan Jepang dalam upaya ataupun mempertahankan kemandirian Indonesia. masyarakat bersatu padu, bahu-komersial, berjuang buat menjaga dan menegakkan harga diri kita sebagai bangsa yang berdaulat. Dalam menghadapi gangguan bersumber internal kembali, seperti ketika masa kisruh sekitar tahun 1965, semboyan ini sangat populer sebagai dorongan roh lakukan para nasionalis dan pejuang bangsa intern menegakkan dasar negara Pancasila dan keutuhan area Indonesia. Dewasa ini, ungkapanrawe-rawe rantas malang-malang putung semakin menampakkan eksistensinya dan silam diperlukan dalam mengatasi persoalan bangsa, seperti mengatasi alai-belai keamanan nan merongrong keutuhan bangsa Indonesia, membasmi bahaya narkoba nan merongrong moral generasi penerus bangsa, dan sebagainya. Semua lapisan umum harus mewaspadai dan berganduh padu demi menjaga keutuhan wilayah bangsa. Kita harus tajam penglihatan dan berpikir cerdas terhadap faktor-faktor yang dapat mendorong munculnya perpecahan, terutama yang datang berbunga luar. Kita harus mau dan berpunya mengatasi semua batu tersebut demi tegaknya bangsa Indonesia ibarat suatu kamil bagi generasi remaja pada hari mendatang. Sumber saduran Mutiara Budaya Jawa; Pardi Suratno, Edi Setiyanto, Warih Jatirahayu. Orang Jawa identik dengan sikap rendah hati atau andhap asor. Akan tetapi, bukan berarti orang Jawa tidak memiliki keberanian untuk melakukan suatu tindakan dalam kebenaran. Para nenek moyang Jawa telah memberikan semangat bagi seseorang atau masyarakat dalam mencapai tujuan mencapai tujuan yang besar, seperti upaya melepaskan rakyat dari penindasan kaum penjajah, mengentaskan rakyat dari kemiskinan dan penindasan, dan sejenisnya, mereka menasihatkan ungkapan heroik yang berbunyi rawe-rawe rantas malang-malang putung. Secara bahasa artinya, semua yang merintangi akan diberantas, dan semua yang menghalangi akan ditebas. ungkapan ini sangat efektif dalam menyemangati kaum pejuang ketika berjuang mencapai Indonesia merdeka atau ketika kaum pejuang berusaha mempertahankan kemerdekaan negara juang yang dijiwai oleh rawe-rawe rantas malang-malang putung tersebut merupakan jalan terakhir jika pihak lawan tidak dapat diajak kompromi. Sebab, pada dasarnya, orang Jawa cenderung memilih menyelesaikan persoalan secara musyawarah dan mufakat. Jika tidak dicapai kata sepakat atau mufakat, mereka menghadapinya dengan semangat juang yang membara, yang rela mengorbankan jiwa dan raganya. Orang Jawa malu jika dinilai sebagai pengecut. Sebaliknya, ia akan merasa terhormat jika dikatakan sebagai orang yang memiliki watak wani nggetih berani bersimbah darah, maksudnya berani bertanggung jawab terhadap suatu persoalan walaupun berat akibat yang harus dipikulnya. ]Semua itu dilakukan dengan tetap mendasarkan pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan, bukan berani yang ceroboh dan membabi buta. Keberanian membara yang tidak didasarkan pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan justru mendorong seseorang pada tindakan gegabah dan konyol yang dinilai negatif, yang oleh orang Jawa disebut sebagai tindakan grusa-grusu tergesa-gesa, belum dipikirkan untung dan rawe-rawe rantas malang-malang putung sangat efektif untuk mendorong seseorang yang ingin mewujudkan cita-cita hidupnya. Ketika memiliki cita-cita atau keinginan yang sangat penting, seseorang sudah seharusnya memiliki semangat juang yang tinggi dan konsisten. pendek kata, ia harus dapat mengatasi segala hambatan, tantangan, cobaan, dan segala rintangan yang menghambat atau menghadang pencapaian cita-citanya. Dalam pikirannya, seseorang harus berorientasi dan mendahulukan cita-cita daripada kepentingan yang lain. Ia harus mampu menghilangkan segala rintangan dan cobaan yang dihadapinya. orang jawa meyakini bahwa dalam mencapai cita-cita pasti ada cobaan, baik yang datang dari diri sendiri atau orang lain. Dan, semua cita-cita itu harus mampu kita atasi demi tujuan akhir mencapai cita-cita hidup umumnya, ungkapan rawe-rawe rantas malang-malang putung muncul dan menjadi semboyan dalam mencapai cita-cita yang berorientasi pada kepentingan umum atau orang banyak. Untuk mengikat masyarakat demi kebulatan tekad bersama untuk mencapai tujuan bersama, orang memakai semboyan dalam memberantas kejahatan, ketidakadilan, perlawanan dari pihak luar terhadap daerahnya, harus dilakukan dengan hati yang kuat tidak gentar menghadapi gangguan. Semua harus dapat diatasi demi cita-cita tersebut sangat populer pada saat bangsa menghadapi gangguan, baik gangguan dari luar seperti menghadapi penjajah Belanda dan Jepang dalam upaya atau mempertahankan kemerdekaan Indonesia. masyarakat bersatu padu, bahu-membahu, berjuang untuk menjaga dan menegakkan harga diri kita sebagai bangsa yang berdaulat. Dalam menghadapi gangguan dari dalam pun, seperti ketika masa kisruh sekitar tahun 1965, semboyan ini sangat populer sebagai dorongan semangat bagi para nasionalis dan pejuang bangsa dalam menegakkan dasar negara Pancasila dan keutuhan wilayah Indonesia. Dewasa ini, ungkapan rawe-rawe rantas malang-malang putung semakin menampakkan eksistensinya dan sangat diperlukan dalam mengatasi persoalan bangsa, seperti mengatasi gangguan keamanan yang merongrong keutuhan bangsa Indonesia, memberantas bahaya narkoba yang merongrong moral generasi penerus bangsa, dan sebagainya. Semua lapisan masyarakat harus mewaspadai dan bersatu padu demi menjaga keutuhan wilayah bangsa. Kita harus jeli dan berpikir cerdas terhadap faktor-faktor yang dapat mendorong munculnya perpecahan, terutama yang datang dari luar. Kita harus mau dan mampu mengatasi semua gangguan tersebut demi tegaknya bangsa Indonesia sebagai suatu teladan bagi generasi muda pada masa saduran Mutiara Budaya Jawa; Pardi Suratno, Edi Setiyanto, Warih Jatirahayu. Dari Wikiquote bahasa Indonesia, koleksi kutipan bebas. Loncat ke navigasi Loncat ke pencarianRawe-rawe rantas malang-malang putung - segala sesuatu yang merintangi maksud dan tujuan harus disingkirkan. Arti harafiahnya adalah "tanaman yang menjulur-julur harus dibabat sampai habis dan yang menghalang-halangi jalan harus dipatahkan." Diperoleh dari " Kategori Peribahasa Jawa Ada juga syair yang dinyanyikan penyanyi Gombloh "rawe-rawe rantas malang-malang tuntas". Tapi yang benar adanya adalah rawe-rawe rantas malang-malang putusng. Artinya adalah samubarang kang ngalang-alangi bakal disingkirake.

arti dari rawe rawe rantas malang malang putung